Kehadiran Internet Starlink
Internet Elon Musk, atau Internet Starlink menjadi bahan pembicaraan banyak orang dewasa kini. Hal tersebut di-trigger oleh peluncuran layanan starlink di Indonesia. Sebagai catatan, starlink ini sebetulnya bukan lah barang baru. Satelit starlink telah mengorbit pertama kali pada tahun 2019, dan layanan komersil mereka telah tersedia sejak tahun 2021 di Amerika Serikat dan Kanada. (sumber: wikipedia)
Berita tentang internet starlink di Indonesia menjadi heboh setelah layanan tersebut beroperasi penuh di sini. Peresmiannya pun sangat ikonik, yaitu dengan kedatangan Elon Musk ke Indonesia dan meresmikan layanan starlink di sebuah Puskemas, di bali.
Banyak perdebatan yang muncul setelah internet starlink datang. Pro kontrak kemudian menyeruak, dengan pertanyaan umum “Apakah starlink akan menghancurkan bisnis provider internet di Indonesia?”. Untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut, mari simak opini kami di Prilude Studio tentang starlink.
Teknologi Starlink
Sebelum kita mencapai kesimpulan pada, apakah starlink bikin untung atau buntung? mari kita pahami dulu teknologi di baliknya.
Starlink merupakan layanan internet satelit. Internet sendiri sejauh ini dialirkan dengan beragam pendekatan. Cara yang paling populer dan banyak digunakan di Indonesia tentu saja adalah mengalirkan internet melalui operator seluler.
Selain melalui jaringan seluler, kita juga bisa menikmati internet dengan menggunakan teknologi fiber optik (FO). Provider FO paling terkenal saat ini, tentu saja adalah indihome dari telkomsel. Beranjak dari kedua teknologi tersebut, ada satu lagi teknologi internet dengan pengguna yang langka, yaitu internet satelit.
Internet satelit, sejauh ini masih sangat jarang pengguna. Hal tersebut disebabkan oleh mahal-nya layanan internet satelit. Singkat kata, internet ini bukan untuk kaum mendang-mending. Selain mahal, internet satelit juga lemot.
Menurut beberapa ahli, lemotnya internet satelit merupakan akibat dari orbitnya yang terlalu jauh. Elon Musk dan timnya di Space X, kemudian mencoba untuk memberikan solusi dengan mengorbitkan satelit rendah. Sebagai perbandingan, satelit konvensional mengorbit pada ketinggian 35.000Km, sedangkan starlink hanya di 560km.
Mengorbitkan satelit rendah, ternyata memberikan hasil. Starlink bisa menawarkan kecepatan internet hingga 300Mbps (meskipun diwebsite-nya tidak dijanjikan sebesar itu).
Namun demikian, meskipun kecepatannya tinggi, tapi starlink masih menyisakan PR, yaitu ping yang buruk. Latensi starlink dikenal buruk, dan Ini dapat mempengaruhi pengalaman pengguna dalam aplikasi yang memerlukan respons cepat, seperti game online atau panggilan video (sumber : viva).
Harga yang mahal
Meskipun lebih murah dari layanan internet satelit lain, nyatanya starlink masih terbilang mahal. Saat kami membuat tulisan ini, harga perangkat starlink berada di Rp5.900.000. Sedangkan biaya perbulannya, paling murah mencapai Rp750.000.
Harga tersebut sangat berbeda jauh dengan harga internet FO, maupun seluler. Harga pasang internet FO biasa berkisar antara Rp100.000 hingga Rp150.000. Bahkan ada beberapa provider yang meng-gratiskan biaya pasang.
Starlink, untuk siapa?
Setelah kita paham bahwa starlink menggunakan teknologi satelit rendah, mari kita bertanya “untuk siapa starlink ini?”. Jawabannya tentu saja untuk mereka yang tidak terjangkau oleh layanan seluler dan layanan fiber optik (FO).
Bagi Anda yang tinggal di perkotaan, kami lebih menyarankan untuk menggunakan internet dengan teknologi FO, daripada starlink. Teknologi FO menawarkan harga yang lebih murah dan latensi yang lebih rendah.
Namun demikian, perlu kita sadari bahwa Indonesia memiliki bentang alam yang beragam dan tidak semua masyarakat Indonesia tinggal di perkotaan.
Jangan dahulu berbicara tentang luar Jawa, di Jawa saja masih sangat banyak desa dengan blank spot jaringan seluler. Jika tidak percaya, Anda bisa jalan-jalan ke daerah selatan Jawa Barat. Disana, jangankan kabel FO, jaringan seluler saja banyak yang tidak tersedia. Dan mirisnya, meskipun tersedia, banyak yang koneksinya sangat lambat.
Nah, untuk kondisi seperti itulah kita memerlukan teknologi starlink.
Kesimpulan, internet starlink untuk atau buntung?
Starlink menawarkan solusi dari masalah yang selama ini tidak bisa diatasi oleh pemerintah, yaitu pemerataan internet. Starlink bisa menjadi sebuah keuntungan bagi bangsa Indonesia agar masyarakatnya melek internet.
Bayangkan, dengan koneksi di perkampungan yang serba terbatas aja, Indonesia sudah membukukan nilai ekonomi digital sebesar USD82 miliar (sumber : ekon) apalagi jika internet bisa semakin menyebar ke seluruh pelosok.
Jika ada pertanyaan, apakah starlink akan mengalahkan provider internet lokal?. Sejauh ini, kami tidak melihat itu akan terjadi. Terlebih dengan serangkaian kekurangan yang telah diketahui, seperti mahalnya peralatan, dan tingginya latensi.
Tinggalkan Balasan